Hi ! :)
Sambil menghela nafas, sambil nulis postingan ini akhirnya saya dengan bangga ke diri sendiri bisa juga nulis postingan ini. Iya bangga, setelah setahun kebelakang rasanya campur aduk kalau ditanya soal melahirkan. Jadi kata-kata yang sering berseliweran di sosial media sola melahirkan itu benar adanya. Memang segitu bisa bapernya seorang ibu yang ditanya melahirkannya apa dan kenapa.
Apalagi saya sendiri yang akhirnya, melahirkan dengan cara SC (Sectio Caesarea), seperti saya.
Sama seperti buibu lainnya yang mengalami, saya pun ambyar dan luruh nggak bersisa saat itu :'(.
Alhamdulilah, kondisi sekarang saya bisa senyum tanpa beban, ditanya sc ya sudah biasa-biasa aja.Ya sambil ketawa-ketawa pun bisa, ahahaha. Insha allah saya sudah ikhlas, karena sudah waras lagi. Sudah bisa menerima kalau udah takdir ya mau bagaimana lagi . Tapi kalau setahun yang lalu, jangan harap bisa begini, mau merasa diri ini baik-baik 100% pun nggak bisa, hanya maksimal 40%.
Mulai cerita yaa, teman-teman. Tahun lalu saat hamil pertama, kehamilan saya umurnya 41 week jalan ke 42. Umur kehamilan saya terhitung panjang ya, kalau istilah di orang sunda 10 bulan. Kehamilan saya, alhamdulilah kondisinya baik nggak ada kendala medis yang mengkhawatirkan dari trimester awal sampai akhir. Sebelumnya saya juga cerita kehamilan trimester sebelumnya di link bawah ini, hehe (tetep promo blog sendiri).
Baca juga : Preggo Story
Normalnya, kehamilan itu usianya dari 39-42 week, jadi seharusnya kalau di HPL, saya melahirkan tanggal 29 Juni 2018. Selama menuju HPL itu, posisi bayi dalam rahim sudah bagus, bayi sudah turun ke kebawah, dan posisinya juga sudah pas sih. Kata obgyn saya, dr. Benny Hasan, SPOG (K), tinggal menunggu si bayinya semakin turun lebih bawah ke jalan lahir.
Yawes lah saya bisa santuy (santai) aja, karena dokter obgyn saya pun saat itu bisa bilang masih bisa lahiran normal. Oiya, dr. Benny ini memang langganan keluarga saya dan sangat pro lahiran normal banget, bahkan kakak sepupu saya pun anak keduanya sukses VBAC (VBAC = Vaginal Birth After Caesarian). Jadi saya sendiri masih bisa selow menunggu baby y lahir saat itu.
Tapi makin deg-deg an juga akhirnya, karena udah mulai ambil jatah cuti tapi kok belum ada tanda-tanda kontraksi atau minimal mules pun nggak ada. Supaya nggak cemas dan nggak kepikiran terus, saya inget banget suami sampai mau anter buat nonton The Incredibles 2, dan nangis barengan pas di film pendeknya pixar, Bao. Pulang nonton pun saya masih bisa jajan bakso malang, dan masih boncengan naik motor sama suami :).
Tanggal 4 Juli 2018, saya kontrol lagi ke dr. Benny. Hasilnya tetep belum ada kontraksi dan juga mules. Dokternya bilang, kalau sampai minggu ini tetep begini terus, mau nggak mau induksi dulu ya atau nggak SC, soalnya usia janinnya sudah terlalu lama, takut ada apa-apa. Pulang dari dokter, saya lemes, dan mulai putus asa sebenernya kok nggak ada tanda-tanda lahiran. Sempet terbesit memang kalaupun harus sc pun yaudahlah ya, yang penting bayi nggak kenapa-kenapa deh.
Esoknya, H-2 sebelum lahiran tiba-tiba perut saya mules, dan pas cek ke kamar mandi ternyata saya ada flek kaya darah gitu. Nggak lama sayapun cek ke rumah sakit bareng mama dan sepupu, dan kata dokter kandungannya saya pun sudah bukaan satu dan kontraksinya sudah mulai kencang. Kontrol ke rs jam 1, dan jam 6 kalau mules bertambah, saya disuruh ke rs lagi.
Selama jam-jam menunggu, saya pun mulai merasa mules udah nambah dan perut makin kenceng. Akhirnya jam 6 an saya masuk ke rumah sakit dan dicek lagi. Saat di cek mules memang udah makin intens, tapi bukaan saya masih mentok di bukaan satu. Satu jam berlalu, saya pun dibawa ke ruang melahirkan dan disana akhirnya saya pun di beri induksi. Iya induksi karena bukaan saya baru naik ke bukaan dua.
Part induksi ini, masha allah banget, dan nggak mau-mau lagi deh, mending naik roller coaster aja. Setelah induksi mules saya luar biasa sakitnya nggak kira-kira. Sesakit-sakitnya saya, kalau sakit masih mau makan, tapi denganmu induksi itu tidak berlaku. Makan nggak selera, tidur nggak bisa, karena mules ini datangnya 5 menit sekali tanpa ada jeda.
Tiga puluh menit induksi, obatnya ternyata di stop karena bayi saya stress dan detak jantungnya nggak stabil. Jadi demi keselamatan ibu dan bayi, induksi dihentikan. Kukira mulesnya pun nggak akan hilang, tapi nggak tetep aja mules. Bukaan saya pun cuma naik jadi tiga, dan dicek tiap 2 jam pun sudah gak ada penambahan lagi.
Sampai ketika, saya harus puasa dari jam 10.00 malam. Saya udah ngelengos dalam hati, yah beneran sc ya kayanya. Mama saya pun kelihatan mau nangis, tapi masih tegar nemenin sampai jam 11 malam. Sisanya malam itu saya hanya ditemani suami, dan ada juga mertua yang jenguk dan ikut nunggu sampai subuh.
Saking mulesnya saya udah ngoceh ngaler ngidul (bs sunda : kemana aja) kata suami saya. Bahkan sesekali saya bilang bapak sambil istighfar. Memang ya, melahirkan itu maut terasa sejengkal lebih dekat aja rasanya. Kurang lebih 12 jam bertahan, esok harinya saya harus SC, dan suami dengan berat hati tanda tangan inform concent. Jadi inget masa kuliah, tiap mau ambil data ke responden untuk penelitian saya nyodorin inform concent, and now this is my turn :").
Sebelum ruang operasi, rasanya kok jadi melow juga yaa. Mama saya nangis, suami mukanya sedih banget keliatan nggak bisa ngomong apa-apa lagi. Sebagai pasien, aku tuh harus tegar, harus setrong :"(. Operasi SC nya nggak lama ternyata, cepet banget menurut perkiraan saya. Masuk jam 10 pagi, jam 11 pagi pun udah selesai ternyata. Dan ya meskipun sebentar, tapi tetep berkesan karena saya sadar kok masih bisa lihat dan dengar suara anak bayi saat lahir. Saking terharunya, saya pun menangis pas baby y di dekatkan dan IMD.
Assalamualaikum baby y, sayangnya ibu :* |
IMD beneran, meskipun SC, saya tetap bisa IMD dengan baby y. Masha allah, imd itu momentnya nyaman banget, dan seneng banget aja gitu lihat bayi cari ASI. IMD saya ini nggak lama, sekitar 15-20 menit saja karena saya sudah nggak sanggup nahan mual selama operasi berlangsung.
Selesai operasi saya terpisah dulu dari baby y, karena baby y harus diobservasi dan saya pun harus menyesuaikan diri karena kondisi menggigil pasca operasi. Setelah kurang lebih 6 jam an, akhirnya baby y pun sudah di bawa ke kamar, dan bobo bareng dengan ibu. Untuk menyusui pertama kalinya, alhamdulilah baby y nggak ada kesulitan berarti, lancar. Saya pun diberi tahu susternya, bahwa baby y cukup asi, karena pup dan pipisnya sudah mulai sering.
Untuk SC ini saya menginap di rumah sakit 4 hari 3 malam, karena d hari kedua dan ketiga saya sudah belajar duduk dan berjalan. Saya merasakan sendiri bahwa kalau sudah SC itu, bukannya enak yang ada sakitnya luar biasa. Untuk pemulihan totalnya, saya sendiri butuh 3 minggu untuk bisa aktifitas yang ringan, kalau sampai biasa ya butuh 1,5 bulan.
Saya juga opini sedikit, soal melahirkan SC ini. Mohon kiranya ya, kalau ada yang melahirkannya SC, jangan ditanya kok SC dengan nada bicara yang meremehkan dan nggak menyenangkan. Apalagi sampai tega bilang atau judge pengen enaknya aja dan malas lahiran normal ya.
Pertama itu sangat tidak etis, tidak manusiawi malah. Yang kedua, ibu yang habis melahirkan itu hormonalnya sedang tidak stabil, dan pasti berpengaruh ke emosi dan mentalnya. Please, baby blues itu nyata banget, minimal kalau tidak bisa bantu ya jangan jadi trigger. Lebih baik simpan opini (yang kira-kira menyakitkan) dalam hati.
Fyi aja, yang namanya SC itu kan pembedahan, bedah itu sebetulnya dilukai dengan sengaja. Dilukainya pun nggak sembarangan, berlapis-lapis jaringan kulit sampai akhirnya sampai ke bagian rahim. Jadi kalau masih ada yang shamming soal SC, coba aja deh emang berani melukai tubuh sendiri? *hadeuh*.
Pesan masyarakat aja yah, please keep quiet and respect every mom decission. SC atau normal itu sebenernya hanya ikhtiar kok, jalan dan prosedural medisnya aja yang beda. Baik normal atau SC tetap nggak ada yang bisa menggantikan esensinya bahwa itu seorang ibu. Dimata anak yang penting itu ibunya, mau lahirnya mudah kek sulit kek, anak kita gak peduli itu. Peluk buat semua ibu ya, apapun jalan lahirnya, yang paling penting ibu selamat bayi sehat.
Sekian dulu ya, cerita lahiran saya ini, sebenarnya masih panjang tapi lain kali dilanjut di postingan yang lain. Akhirnya plong juga jiwa raga bisa berani cerita soal lahiran setahun yang lalu :"). Jadi lengkap deh seri cerita kehamilan saya di blog ini *terharu*. Semoga kelak kalau baby y sudah besar dan bisa baca blog ini baby y tahu dan makin sayang sama ibuknya :*.
All right reserved.
Do not copy-paste without allowance
Or any permission from authors.
Or any permission from authors.
Entah bawaan hamil anak laki-laki mungkin ya, saya jadi malesan gitu. Walaupun untuk skincare- an masih bisa dipaksa jalan terus, apalagi pakai sunscreen. Setidaknya rapi dan nggak kelihatan lusuh banget. Cuma ya orang dikantor sih bilangnya saya bawaannya lusuh karena resiko hamil anak cowok, memang bawaan ke ibunya jadi hilang cantik perempuannya.
Maka dari itu, saya resmi jadi ibu-ibu yang nggak kebagian pregnancy glowing. Jadi cantik saat hamil itu, buat saya hanya ungkapan belaka, ahaha. Tapi nggak apalah, yang penting masih rajin skincare yang basic deh. Tujuannya ya maintain kulit supaya tetep sehat dan bersih.
Disclaimer aja masalah kulit saya hamil itu cenderung mudah banget kering dan teksturnya berasa kasar. Karena postingan ini hanya sharing pengalaman pribadi saja ^^. Soalnya kondisi kulit saat hamil setiap orang itu unik dan berbeda. Terutama untuk buibu yang hamil kondisi kulitnya lagi berubah ekstrim. Alangkah aman dan bijak untuk konsultasi aja ke dokter kandungan, demi aman buat ibu dan juga si kecil yang ada di kandungan :).
Rules saya saat skincare saat hamil ada beberapa poin.
1. Go For Phisycal Exfoliant dan Puasa Exfoliant Toner, Terutama BHA.
Sebelum tahu sedang hamil, saya pemakai tulen BHA toner dari brand korea. Kulit saya termasuk yang cocok dengan bha, dan rutin pakai demi bisa mengurangi jerawat. Meskipun bha toner nya punya konsentrasi rendah, yakni kurang dari 2%. Meskipun katanya konsentrasi < 2% itu aman buat bumil, saya cari aman deh stop dulu saja. Saat itu saya lebih memilih physical exfoliant saja.
Sayangnya saya saat itu nggak kepikiran untuk pakai AHA atau PHA karena pilihan produknya dikit dan cendrung mahal. Nggak sebanyak sekarang, produk AHA dan PHA nya punya banyak pilihan, hiks. Tapi kalau nanti (gak janji, entah kapan yaa, lol) hamil lagi, saya mau pakai exfoliating toner dari AHA atau PHA aja deh.
2. Tidak Memakai Produk Pemutih atau Ada Whitening Agent.
Kalau ini mah saya milih ikutin kata dokter obgyn untuk menghindari aja. Saya nggak hapal semua ingredient lain yang kurang dianjurkan saat hamil, selain mercury, hyroquinon dan retinol. Kalau rajin, bisa tinggal cek ingredients di Codsna, Skincharisma, dan website BPOM. Sebagai gantinya yah, pakai yang brightening aja. Toh, saya nggak butuh putih, tapi butuh kulit yang sehat dan glowing kaya kue nastar apapun skintonenya, haha.
3. Tidak Pakai Obat Jerawat.
Harus diakui saat hamil baby y, muka saya less acne and less clogging pores. Padahal tadinya gampang banget buat komedo, whiteheads, dan jerawat yang batu dan kecil. Jarang jerawatan bukan berarti nggak ada sih, sesekali masih suka muncul kok gengs :). Jadi kalau ada jerawat kecil, saya milih dibiarin aja atau pakai produk acne patch supaya jerawatnya cepet matang. Itupun selama 9 bulan kehamilan hanya terpakai < 5 kali saja :).
4. Fokus ke Hydarating dan Protecting.
Hal yang sekarang di highlight banyak skincare guru yakni hydrating dan protecting. Karena ya itu, skin barier yang baik dan terhidrasi itu adalah koentji. Berlaku buat siapa saja, tak terkecuali ibu hamil. Seperti yang saya bilang sebelumnya, semales-malesnya saya pakai skincare, step hydrating dan protecting pasti dikerjain. Hydrating toner dan sunscreen itu setiap hari harus terpenuhi, terutama saya juga memang kerja kantoran yang pasti terpapar matahari.
Produknya apa saja bakal saya share sekarang sekaligus mini review nya, simak terus yaa :)
1. Face Cleanser
Pas hamil saya belum melakukan tahap double cleansing, karena memang kulitnya agak kering. Entah kenapa kalau terlalu banyak cleanser itu bikin muka lebih terasa kering dan ketarik rasanya. Fyi, karena tadinya kulit saya normal to oily garis keras yang biasa minyakan belum pernah merasa kalau pakai cleanser tertentu itu bikin ketarik.
Jadi ada 2 cleanser yang saya rasa cukup nyaman di kulit saya yang transisi saat itu. Ada Wardah Aloe Hydramild Facial Wash dan Mustika Ratu Sabun Mutiara. Tapi yang jadi daily routine saya itu Wardah Hydramild Facial Wash, saya sampai habiskan 2-3 tube besar selama hamil. Padahal saya beli ini asal comot aja tadinya di supermarket. Tentunya nggak ada ekspekstasi berlebihan, cuma butuh kulit lembut aja.Meskipun di akhir-akhir saya juga cicip Cetaphil Gentle Cleanser.
Facial wash hydramild ini rasanya enak banget, lembap di muka dan imho busa nya nggak terlalu foamy. Tidak bikin kering sama sekali. Jadi ya, si facial wash ini jadi andalan banget saat di pakai di am dan pm skincare routine saat kulit kering. Saking sukanya, sekarang udah repurchase lagi sih yang versi kecil buat back up kalau kulit kering lagi.
Nah, kalau Mustika Ratu Sabun Mutiara ini saya pakainya kalau kulit jadi agak rewel alias lagi banyak whiteheads dan jerawat kecil. Sabun ini saya tahu dari mama saya, karena ini sabun legend katanya yang ampuh buat menumpas jerawat di muka. Setuju memang kalau klaim menumpas jerawat dan whiteheads, walaupun sayangnya bikin muka cukup ketarik setelahnya. Tapi kalau ada yang lagi jerawatan dan mungkin lagi nggak hamil pun bisa di coba loh sabun ini. Karena ya sebagus itu memang buat mengurangi jerawat.
2. Hydrating Toner
Selesai cumuk (cuci muka), saya lanjut ke tahap selanjutnya yakni hydrating toner. Hydrating toner yang saya gunakan yakni dari Hada Labo Gokujyun Toner. Toner ini punya tekstur seperti air dan tanpa pewarna serta pewangi. Sesuai klaim nya banget, jadi memang ramah dan aman untuk kulit sensitif sekalipun.
Karena kondisi kulit saat hamil memang kering, toner ini bisa bekerja optimal di kulit. Optimal dalam hal melembapkan, dan tekstur kering di wajah saya pun cukup berkurang. Toner ini pun nggak bikin muka minyakan, karena menyerap dengan baik di kulit. Cara pakainya pun hanya di tuang di telapak tangan dan tinggal di tap ke muka, voilla selesai.
Sedikit curhat tadinya saya love-hate relationship sama hydrating toner ini. Awal pemakaian, toner ini sukses bikin jerawat kecil 2 buah. Setelah jerawatan reda, sekitar 2 minggu lebih saya pun memberi kesempatan kedua untuk toner ini. Surprisingly, malah gak apa-apa, dan gak ada jerawat muncul lagi. Akhirnya, ngeh sih kalau saya purging.
Selesai purging, saya jadi suka sama hydrating toner hada labo gokujyun ini. Kulit berasa improving banget karena kelembapanya terjaga. Pori-pori di muka ini, jadi agak langsingan dan wajah jadi nggak gampang berminyak. Harganya pun terjangkau, karena dibawah 50ribu saja.
3. Moisturizer dan Sunscreen
Step yang ini sebenernya udah pada saya review barangnya di blog ini, hehe. Malah untuk sunscreen nya saya memang repurchase 2 tube sejak yang di posting ini habis, hehe. Memang sulit buat saya untuk move on dari sunscreen jepang, khususnya Biore UV Aqua Rich.
Baca juga : Biore UV Aqua Rich
Untuk moisturizer saya cuma cicip 2 brand aja, Adoree Paris dan juga Safii. Lagi-lagi yang Adoree Paris pernah saya review juga diblog, hehe.
Baca juga : Adoree Paris Rice Face Cream
Setelah habis Adoree Paris, barulah saya pindah ke Safii Brightening Day Cream varian Naturally Bright yang Mangoosteen. Seingetku, pakai ini saat masuk ke trimester 2 deh, pokoknya sudah habis sekitar 3 jar. Pelembab ini formulanya enak, ringan, dan cepet menyerap dikulit. Sebenernya ini varian di sasar Safii buat remaja, tapi bumil seperti akutu aja cocok-cocok aja pakai ini. Ingredient nya pun nggak ada yang dilarang, mana ini juga halal jadi lebih aman lagi.
4. Powder dan Lip Product
Setelah skincare-an saya biasanya hanya pakai bedak tabur saja. Bedak tabur yang lebih sering dipakai ya yang dari Revlon ketimbang Ponds BB Powder. Saya nggak terlalu suka sama baunya Ponds BB Powder sih, kayak bau apek gitu. Padahal finishnya lumayan bagus, nggak matte banget.
Revlon Loose Powder yang saya pakai itu shade Creamy Peach. Untuk bedak tabur dari Revlon, saya masih agak so-so. Formulanya ringan, undertone nya peach, finishnya nggak matte banget. Daya tahannya lumayan kalau kulit yang tipe nya kering, kalau di kulit berminyak kurang nampol. IMHO, butirannya agak kurang halus. Jujur, masih belum ingin repurchase dan lagi menjajal ke bedak tabur lainnya sih, hehe.
Segini aja sih, dandanan kalau lagi jadi bumil kemarin, hehe. Untuk lip product saya cuma pakai lip balm yang tinted aja dari Burst Bees. Ini pun saya repurchase di shade yang sama, karena ya saya ngerasa pede-pede aja pakai warna ini. Mungkin baby y nggak suka ibunya terlalu lenongan banget pas hamil, hehe.
Baca juga : Burt's Bees Tinted Lip Balm Hibiscus
5. Physical Exfoliator
Nah, kalau ini optional banget, karena saya nggak pakai ini setiap hari. Physical exfo itu saya hanya pakai 2-3x/minggu saja. Memang sih, banyak yang bilang kalau chemical exfoliant itu lebih baik dari physical tapi balik lagi ke pasal awal, saya mencoba pilih yang lebih safe buat bayi. Produk yang saya gunakan ini ada 2, St. Ives Fresh Skin Apricot Scrub dan juga Zoya Exfoliator Gel. Keduanya saya pakai selang-seling, gimana mood. Hasilnya sendiri sama-sama menghaluskan tekstur kulit
Buat skincare malam, saya nggak pakai apa-apa,cukup cuci muka saja yang bersih. Soalnya saya biasanya mual banget di malam hari, dan gampang banget ngantuk. Jadi bisa dibilang pas hamil jarang begadang. Malam itu beneran dipakai buat pol istirahat, main social media pun jarang karena skip pengen bobo lebih awal.
Nah buibu yang lain tim apa. Tim tetep rajin skincare-an atau malah jadi suka dandan karena kebagian pregnancy glowing? Mungkinkah ada yang kaya saya, yang malas dandan dan skincare. Share juga yuk di kolom komentar ^^.
1. Face Cleanser
Pas hamil saya belum melakukan tahap double cleansing, karena memang kulitnya agak kering. Entah kenapa kalau terlalu banyak cleanser itu bikin muka lebih terasa kering dan ketarik rasanya. Fyi, karena tadinya kulit saya normal to oily garis keras yang biasa minyakan belum pernah merasa kalau pakai cleanser tertentu itu bikin ketarik.
Jadi ada 2 cleanser yang saya rasa cukup nyaman di kulit saya yang transisi saat itu. Ada Wardah Aloe Hydramild Facial Wash dan Mustika Ratu Sabun Mutiara. Tapi yang jadi daily routine saya itu Wardah Hydramild Facial Wash, saya sampai habiskan 2-3 tube besar selama hamil. Padahal saya beli ini asal comot aja tadinya di supermarket. Tentunya nggak ada ekspekstasi berlebihan, cuma butuh kulit lembut aja.Meskipun di akhir-akhir saya juga cicip Cetaphil Gentle Cleanser.
Facial wash hydramild ini rasanya enak banget, lembap di muka dan imho busa nya nggak terlalu foamy. Tidak bikin kering sama sekali. Jadi ya, si facial wash ini jadi andalan banget saat di pakai di am dan pm skincare routine saat kulit kering. Saking sukanya, sekarang udah repurchase lagi sih yang versi kecil buat back up kalau kulit kering lagi.
Nah, kalau Mustika Ratu Sabun Mutiara ini saya pakainya kalau kulit jadi agak rewel alias lagi banyak whiteheads dan jerawat kecil. Sabun ini saya tahu dari mama saya, karena ini sabun legend katanya yang ampuh buat menumpas jerawat di muka. Setuju memang kalau klaim menumpas jerawat dan whiteheads, walaupun sayangnya bikin muka cukup ketarik setelahnya. Tapi kalau ada yang lagi jerawatan dan mungkin lagi nggak hamil pun bisa di coba loh sabun ini. Karena ya sebagus itu memang buat mengurangi jerawat.
2. Hydrating Toner
Selesai cumuk (cuci muka), saya lanjut ke tahap selanjutnya yakni hydrating toner. Hydrating toner yang saya gunakan yakni dari Hada Labo Gokujyun Toner. Toner ini punya tekstur seperti air dan tanpa pewarna serta pewangi. Sesuai klaim nya banget, jadi memang ramah dan aman untuk kulit sensitif sekalipun.
Karena kondisi kulit saat hamil memang kering, toner ini bisa bekerja optimal di kulit. Optimal dalam hal melembapkan, dan tekstur kering di wajah saya pun cukup berkurang. Toner ini pun nggak bikin muka minyakan, karena menyerap dengan baik di kulit. Cara pakainya pun hanya di tuang di telapak tangan dan tinggal di tap ke muka, voilla selesai.
Sedikit curhat tadinya saya love-hate relationship sama hydrating toner ini. Awal pemakaian, toner ini sukses bikin jerawat kecil 2 buah. Setelah jerawatan reda, sekitar 2 minggu lebih saya pun memberi kesempatan kedua untuk toner ini. Surprisingly, malah gak apa-apa, dan gak ada jerawat muncul lagi. Akhirnya, ngeh sih kalau saya purging.
Selesai purging, saya jadi suka sama hydrating toner hada labo gokujyun ini. Kulit berasa improving banget karena kelembapanya terjaga. Pori-pori di muka ini, jadi agak langsingan dan wajah jadi nggak gampang berminyak. Harganya pun terjangkau, karena dibawah 50ribu saja.
3. Moisturizer dan Sunscreen
Step yang ini sebenernya udah pada saya review barangnya di blog ini, hehe. Malah untuk sunscreen nya saya memang repurchase 2 tube sejak yang di posting ini habis, hehe. Memang sulit buat saya untuk move on dari sunscreen jepang, khususnya Biore UV Aqua Rich.
Baca juga : Biore UV Aqua Rich
Untuk moisturizer saya cuma cicip 2 brand aja, Adoree Paris dan juga Safii. Lagi-lagi yang Adoree Paris pernah saya review juga diblog, hehe.
Baca juga : Adoree Paris Rice Face Cream
Setelah habis Adoree Paris, barulah saya pindah ke Safii Brightening Day Cream varian Naturally Bright yang Mangoosteen. Seingetku, pakai ini saat masuk ke trimester 2 deh, pokoknya sudah habis sekitar 3 jar. Pelembab ini formulanya enak, ringan, dan cepet menyerap dikulit. Sebenernya ini varian di sasar Safii buat remaja, tapi bumil seperti akutu aja cocok-cocok aja pakai ini. Ingredient nya pun nggak ada yang dilarang, mana ini juga halal jadi lebih aman lagi.
4. Powder dan Lip Product
Setelah skincare-an saya biasanya hanya pakai bedak tabur saja. Bedak tabur yang lebih sering dipakai ya yang dari Revlon ketimbang Ponds BB Powder. Saya nggak terlalu suka sama baunya Ponds BB Powder sih, kayak bau apek gitu. Padahal finishnya lumayan bagus, nggak matte banget.
Revlon Loose Powder yang saya pakai itu shade Creamy Peach. Untuk bedak tabur dari Revlon, saya masih agak so-so. Formulanya ringan, undertone nya peach, finishnya nggak matte banget. Daya tahannya lumayan kalau kulit yang tipe nya kering, kalau di kulit berminyak kurang nampol. IMHO, butirannya agak kurang halus. Jujur, masih belum ingin repurchase dan lagi menjajal ke bedak tabur lainnya sih, hehe.
Segini aja sih, dandanan kalau lagi jadi bumil kemarin, hehe. Untuk lip product saya cuma pakai lip balm yang tinted aja dari Burst Bees. Ini pun saya repurchase di shade yang sama, karena ya saya ngerasa pede-pede aja pakai warna ini. Mungkin baby y nggak suka ibunya terlalu lenongan banget pas hamil, hehe.
Baca juga : Burt's Bees Tinted Lip Balm Hibiscus
5. Physical Exfoliator
Nah, kalau ini optional banget, karena saya nggak pakai ini setiap hari. Physical exfo itu saya hanya pakai 2-3x/minggu saja. Memang sih, banyak yang bilang kalau chemical exfoliant itu lebih baik dari physical tapi balik lagi ke pasal awal, saya mencoba pilih yang lebih safe buat bayi. Produk yang saya gunakan ini ada 2, St. Ives Fresh Skin Apricot Scrub dan juga Zoya Exfoliator Gel. Keduanya saya pakai selang-seling, gimana mood. Hasilnya sendiri sama-sama menghaluskan tekstur kulit
Buat skincare malam, saya nggak pakai apa-apa,cukup cuci muka saja yang bersih. Soalnya saya biasanya mual banget di malam hari, dan gampang banget ngantuk. Jadi bisa dibilang pas hamil jarang begadang. Malam itu beneran dipakai buat pol istirahat, main social media pun jarang karena skip pengen bobo lebih awal.
Nah buibu yang lain tim apa. Tim tetep rajin skincare-an atau malah jadi suka dandan karena kebagian pregnancy glowing? Mungkinkah ada yang kaya saya, yang malas dandan dan skincare. Share juga yuk di kolom komentar ^^.
All right reserved.
Do not copy-paste without allowance
Or any permission from authors.
Or any permission from authors.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Social Icons