![]() |
vokasi smk |
Pendidikan vokasi atau disebut sebagai pendidikan kejuruan saat ini semakin populer. Bahkan, sudah banyak perusahaan yang lebih menyukai para lulusan pendidikan kejuruan yang telah menguasai keahlian praktikal, sebab diyakini lebih siap kerja. Sekolah Menengah Kejuruan atau SMK merupakan salah satu pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan ini pada jenjang menengah. Lalu, apa pengertian, macam dan keunggulan pendidikan vokasi SMK?
Apa itu Pendidikan Vokasi SMK?
Pendidikan vokasi SMK merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan siswa pada keahlian praktikal yang diperlukan untuk langsung terjun ke dunia kerja. Setiap satu programnya membahas topik lebih spesifik. Contohnya, Seni Kuliner Prancis: Patisserie, Multimedia: Character Design, dan lainnya yang memang memerlukan keahlian praktikal. Karakteristik pendidikan ini menerapkan kegiatan praktik 70% dan teori 30%. Oleh karenanya, lulusan pendidikan vokasi lebih mempunyai keterampilan kerja cukup untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan industri.
Apa Saja Macam Pendidikan Vokasi SMK?
Di SMK terdapat banyak sekali Program Keahlian, dengan berbagai jurusan yang dapat dipilih sesuai minat dan kemampuan siswa sendiri. Dengan banyaknya jurusan tersebut, tak mungkin jika dijelaskan satu per satu. Namun, ada beberapa jurusan berprospek kerja bagus di masa depan yang dijelaskan berikut ini.
1. Jurusan Animasi dan Multimedia
Zaman digital sekarang tentu membutuhkan kemampuan dan skill informatika yang bagus. Dengan memilih jurusan ini setelah lulus, bisa berprofesi sebagai ahli desain grafis, animator atau layouter.
2. Farmasi
Lulusan SMK Farmasi akan menjadi profesi yang potensial di dunia medis. Basic ilmu Farmasi dapat semakin dikembangkan saat melanjutkan kuliah. Jika langsung ke lapangan pun, lulusan SMK Farmasi dapat diandalkan.
3. Akuntansi
Akuntansi mempunyai grade tertinggi sebab siswa wajib berkemampuan bagus dalam hitung menghitung. Prospek karirnya pun cerah yakni menjadi staff accounting perusahaan, perbankan dan sebagainya.
4. Pelayaran
Seorang taruna SMK Pelayaran yang mampu bergabung dalam divisi pelayaran berprospek bagus karena bisa menjadi staf kapal pesiar yang menjelajahi seluruh pelosok negeri dan dunia.
5. Pariwisata
Mengingat bahwa Indonesia yang mempunyai potensi wisata besar. Bahkan, pendapatan negara pun ditunjang oleh sektor pariwisata. Jadi, tidak heran kalau lulusan SMK Pariwisata akan sukses bekerja di sektor yang terus meningkat ini.
Keunggulan Pendidikan Vokasi SMK
1. Lebih Siap Kerja
Para siswa SMK dibekali dengan keahlian tertentu sesuai jurusan yang dipilih. Seperti, jurusan teknik gambar bangunan setelah lulus bisa langsung bekerja sebagai drafter.
2. Peluang Disalurkan Bekerja di Perusahaan yang Bekerjasama dengan Sekolah
Peluang kerja lulusan SMK sangatlah luas. Karena para alumninya sudah punya modal keahlian khusus dan pernah mengikuti praktek kerja lapangan. Sejumlah sekolah SMK favorit bahkan sudah menjalin hubungan kerja sama dengan beberapa perusahaan untuk merekrut siswanya seperti contoh, SMK Telkom.
3. Kerja Praktek Industri di Akhir Masa Sekolah
Bagi siswa SMK, momen ini terjadi di kelas 3. Para siswa kelas 3 akan melakukan praktek kerja lapangan di perusahaan yang ada. PKL ini menjadi langkah awal untuk mempersiapkan diri masuk ke dunia kerja usai tamat sekolah nanti. Kegiatan PKL hampir mirip dengan bekerja biasa, yang berbeda hanya pada status yang masih magang. Selain bekerja, setiap siswa diwajibkan untuk melakukan penelitian pada perusahaan, mengenai sejarah, visi, misi, kelebihan dan kekurangan perusahaan dan lainnya. Kemudian, hasilnya disalin menjadi bentuk tulisan seperti skripsi.
4. Peluang Buka Usaha Mandiri
Pendidikan vokasi SMK juga memiliki kesempatan untuk membuka usaha mandiri yang besar. Tersedia sejumlah bisnis yang masih bisa dilakukan oleh lulusan SMK. Lulusan SMK akan merasa lebih mudah jika ingin menjalankan sebuah bisnis. Karena keahlian yang sudah dimiliki. Pilih bisnis yang cocok yakni sesuai dengan jurusan waktu sekolah dulu.
5. Lebih Mudah dan Terarah Ketika Ingin Berkuliah
Baik lulusan SMA maupun SMK memiliki kesempatan yang sama untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Namun, kelebihan yang dirasakan bagi lulusan SMK ialah lebih mudah dan terarah ketika berkuliah. Hal ini karena lulusan SMK sudah punya ilmu dasar dan sudah mantap dengan jurusan yang dipilih waktu SMK, jadi tidak bingung lagi untuk menentukan jurusan waktu kuliah sebab sudah terarah. Selanjutnya, di bangku perkuliahan hanya perlu memperdalam lagi ilmu yang sudah diperoleh sewaktu SMK.
Itulah, ulasan tentang mengenal pendidikan vokasi SMKdan keunggulannya. Ingin tau lebih banyak soal pendidikan SMK atau berbagai macam pendidikan vokasi Indonesia lainnya? Cek terus informasi terkini dari CekAja.com ya.
All right reserved.
Do not copy-paste without allowance
Or any permission from authors.
Or any permission from authors.
Belum apa-apa saya udah jujur-jujuran banget nih, gaes. Saya galau mau posting review yang mana produknya Avoskin, haha. Soalnya saya pakai banget-banget nih kedua skincare hitsnya, Avoskin PHTE (Perfect Hydrating Treatment Essence) dan HTE (Hydrating Treatment Essence). Yaudah deh saya bahas aja si HTE nya duluan. Nanti kalau yang PHTE udah rampung bakal ditaruh link nya di postingan ini kok. And vice versa, ahaha.
Baca juga : Review: Avoskin Perfect Hydrating Treatment Essence (PHTE)
Oke, buat yang belum tahu produk Avoskin HTE (Hydrating Treatment Essence) yang bakal saya review ini adalah new formulated. Selayang pandang *ceilah*, avoskin hte ini sudah ada sejak lama namun formulanya belum se-stabil sekarang. Sayangnya saya sendiri belum pernah cicip yang sebelumnya.
Karena formulasinya yang baru inilah, saya bener-bener tertarik buat beli. Apalagi pas beli memang bersamaan dengan repurchase PHTE, ya kenapa tidak :D. Toh, belinya pun pas diskonan (+ gratis ongkir) jadi di itung-itung tetep untung dan cashflow aman sejahtera #curhatbuibulyfe.
Saya sendiri tertarik sama Avoskin HTE ini ya karena ada Niacinamide dan Centella Asiatica. Dua nama yang naik daun dan primadona untuk kulit sensitif, berjerawat, dan dehidrasi. Setidaknya dua bahan itu bisa menjawab banget masalah wajah saya saat ini sih, huhu. Jadi bahas lengkap aja yuk si Avoskin HTE.
Avoskin HTE ini dikemas dengan bentuk spray, beda dengan PHTE yang memang dituang. Botol kacanya mantep jiwa, tebel banget. Untuk nozzle atau semprotannya, lumayan halus dimuka. Punya saya penyebarannya kurang penuh, jadi memang perlu 3-4 spray supaya semuka kebagian HTE. Minus kemasannya satu sih, tutupnya kurang firm, jadi rawan lepas dan ngeglosor. Entah punya saya aja yang begini atau gimana, jadi lumayan serem juga sih kalau dibawa kemana-mana, takut bocor.
Fungsi Avoskin HTE ini mau ada 3 kalau dari kemasannya, yaitu :
Dikemasannya HTE ini diklaim bisa digunakan sebagai hydrating toner. Sejujurnya saya jarang memposisikan ini sebagai hydrating toner, karena sehari-hari memang sudah pakai saudaranya PHTE. Pernah saya mencoba HTE as hydrating toner setelah pakai exfoliant toner, tapi di kulit saya yang cukup dehidrasi rasanya kurang lembap, huhu. Mungkin setelah pakai BHA kali ya, berasa keringnya :(.
Lain cerita kalau saya sedang tidak pakai exfoliant toner, HTE ini cukup bisa diandalkan sebagai hydrating toner dadakan. Sebagai hydrating toner, saya spray dimuka cukup basah sekitar 4x semprot. Efeknya cukup melembapkan, dan kulit rasanya bouncy dan agak cerah dari Niacinamide nya dapet. Jadi fungsi ini saya manfaatkan banget pas saya lagi sakit cukup parah kemarin, karena ya udah ga sanggup skincare-an rutin. Hasilnya ya, alhamdulilah muka saya nggak ada masalah, malah baik-baik aja gak kebawa sakit hehe. Padahal biasanya ya setelah sembuh panen kulit kusam loh, tapi berkat HTE nggak, aku happy :)
Digunakan sebagai face mist memang nyaman, mau lagi panas-panas habis olahraga atau jemur badan enak. Bikin adem kulit, meskipun ada peppermint oil, tapi nggak bikin iritasi apa-apa. Pokoknya aman banget deh. Saya pakai sebagai face mist kalau sedang tidak sholat aja sih, itung-itung ganti air wudhu aja.
Nah, kalau ini jujur aja awalnya saya ragu banget sama fungsi ini, soalnya pengalaman banget kalau nggak semua facemist bakal bagus jadi setting spray. Tapi si Avoskin HTE ini bisa banget menghilangkan keraguan saya, karena hasilnya BAGUS BANGET!
Bagus, karena beneran bisa bikin complexion yang powdery jadi lebih melt dan menyatu sama kulit. Finishnya jadi dewy sehat, tapi nggak becek *semoga faham maksudnya*. Suami saya yang suka ngomel kalau saya pakai fondie pun nggak komen kalau di setting spray ini. Malah dikirinya makeup saya tipis karena disangkanya kulit saya lebih sehat.
Ketahanan makeup + avoskin HTE ini pun oke punya. Sekitar 5-6 jam saya nggak usah capek blotting di t-zone dan pipi karena muka saya nggak minyakan. Hands down banget sama avoskin hte deh, sekarang saya bisa makin irit gak usah beli setting spray khusus lagi hahaha.
Nah ketiga poin tadi itu saya pakai produknya, setelah saya pakai +/- 1 bulan, jadi saya bisa setuju banget sama klaimnya. Saya bisa menggunakan si HTE ini jadi apapun yang saya mau banget deh. Face mist, Setting Make Up? Hasilnya oke banget, beneran membuat muka segar dan hidrasi terjaga. Jadi di saya rasanya nggak ada kurangnya si Avoskin HTE ini, yang ada malah cocok banget. Ada yang cook dan cinta banget sama HTE ini? Share di comment yah ^^.
Avoskin Hydrating Treatment Essence New Formula
Oke, buat yang belum tahu produk Avoskin HTE (Hydrating Treatment Essence) yang bakal saya review ini adalah new formulated. Selayang pandang *ceilah*, avoskin hte ini sudah ada sejak lama namun formulanya belum se-stabil sekarang. Sayangnya saya sendiri belum pernah cicip yang sebelumnya.
Karena formulasinya yang baru inilah, saya bener-bener tertarik buat beli. Apalagi pas beli memang bersamaan dengan repurchase PHTE, ya kenapa tidak :D. Toh, belinya pun pas diskonan (+ gratis ongkir) jadi di itung-itung tetep untung dan cashflow aman sejahtera #curhatbuibulyfe.
Packaging
As always, kesan pertama pasti dimulai dari packaging. Packaging Avoskin Hydrating Treatment Essence ini simple banget, dus + produknya di botol kaca. Untuk keterangan dan lainnya semua ada di dusnya dan jelas, kalau botolnya ya bening kaca gitu. Setahuku dari Instagram Official Avoskin, memang konsep nya sengaja sesimple itu sih, supaya lebih go green and support sustainable living karena mudah di daur ulang.Avoskin HTE ini dikemas dengan bentuk spray, beda dengan PHTE yang memang dituang. Botol kacanya mantep jiwa, tebel banget. Untuk nozzle atau semprotannya, lumayan halus dimuka. Punya saya penyebarannya kurang penuh, jadi memang perlu 3-4 spray supaya semuka kebagian HTE. Minus kemasannya satu sih, tutupnya kurang firm, jadi rawan lepas dan ngeglosor. Entah punya saya aja yang begini atau gimana, jadi lumayan serem juga sih kalau dibawa kemana-mana, takut bocor.
Fungsi Avoskin HTE ini mau ada 3 kalau dari kemasannya, yaitu :
1. Sebagai Hydrating Toner
Dikemasannya HTE ini diklaim bisa digunakan sebagai hydrating toner. Sejujurnya saya jarang memposisikan ini sebagai hydrating toner, karena sehari-hari memang sudah pakai saudaranya PHTE. Pernah saya mencoba HTE as hydrating toner setelah pakai exfoliant toner, tapi di kulit saya yang cukup dehidrasi rasanya kurang lembap, huhu. Mungkin setelah pakai BHA kali ya, berasa keringnya :(.
Lain cerita kalau saya sedang tidak pakai exfoliant toner, HTE ini cukup bisa diandalkan sebagai hydrating toner dadakan. Sebagai hydrating toner, saya spray dimuka cukup basah sekitar 4x semprot. Efeknya cukup melembapkan, dan kulit rasanya bouncy dan agak cerah dari Niacinamide nya dapet. Jadi fungsi ini saya manfaatkan banget pas saya lagi sakit cukup parah kemarin, karena ya udah ga sanggup skincare-an rutin. Hasilnya ya, alhamdulilah muka saya nggak ada masalah, malah baik-baik aja gak kebawa sakit hehe. Padahal biasanya ya setelah sembuh panen kulit kusam loh, tapi berkat HTE nggak, aku happy :)
2. Sebagai Face Mist
Digunakan sebagai face mist memang nyaman, mau lagi panas-panas habis olahraga atau jemur badan enak. Bikin adem kulit, meskipun ada peppermint oil, tapi nggak bikin iritasi apa-apa. Pokoknya aman banget deh. Saya pakai sebagai face mist kalau sedang tidak sholat aja sih, itung-itung ganti air wudhu aja.
3. Sebagai Setting Spray
Nah, kalau ini jujur aja awalnya saya ragu banget sama fungsi ini, soalnya pengalaman banget kalau nggak semua facemist bakal bagus jadi setting spray. Tapi si Avoskin HTE ini bisa banget menghilangkan keraguan saya, karena hasilnya BAGUS BANGET!
Bagus, karena beneran bisa bikin complexion yang powdery jadi lebih melt dan menyatu sama kulit. Finishnya jadi dewy sehat, tapi nggak becek *semoga faham maksudnya*. Suami saya yang suka ngomel kalau saya pakai fondie pun nggak komen kalau di setting spray ini. Malah dikirinya makeup saya tipis karena disangkanya kulit saya lebih sehat.
Ketahanan makeup + avoskin HTE ini pun oke punya. Sekitar 5-6 jam saya nggak usah capek blotting di t-zone dan pipi karena muka saya nggak minyakan. Hands down banget sama avoskin hte deh, sekarang saya bisa makin irit gak usah beli setting spray khusus lagi hahaha.
Nah ketiga poin tadi itu saya pakai produknya, setelah saya pakai +/- 1 bulan, jadi saya bisa setuju banget sama klaimnya. Saya bisa menggunakan si HTE ini jadi apapun yang saya mau banget deh. Face mist, Setting Make Up? Hasilnya oke banget, beneran membuat muka segar dan hidrasi terjaga. Jadi di saya rasanya nggak ada kurangnya si Avoskin HTE ini, yang ada malah cocok banget. Ada yang cook dan cinta banget sama HTE ini? Share di comment yah ^^.
All right reserved.
Do not copy-paste without allowance
Or any permission from authors.
Or any permission from authors.
![]() |
TOEFL untuk CPNS |
Pendaftaran CPNS memang selalu menarik perhatian dari berbagai pihak, terutama bagi para pencari kerja. Peluang untuk diterima dan persyaratan yang dibutuhkan juga tidak mudah untuk dipenuhi. Maka dari itu, bagi pelamar pastikan sudah memenuhi syarat-syarat dokumen yang dibutuhkan agar peluang lolos lebih besar mengingat persaingan yang terjadi sangat ketat. Setiap formasi dan instansi mempunyai persyaratannya masing-masing. Beberapa instansi mengharuskan pelamarnya agar menyertakan kemampuan bahasa Inggris berupa sertifikat TOEFL. Lalu, instansi mana saja dan berapa syarat minimal skornya? Yuk, simak ulasan deretan instansi wajib penuhi skor minimal TOEFL untuk CPNS berikut ini!
Daftar Instansi dan Persyaratan Skor Minimal TOEFL untuk CPNS
1. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral membuka sebanyak 50 formasi di Kementerian ESDM yang wajib melampirkan sertifikat TOEFL ITP/ Paper Based TOEFL/ TOEFL Prediction/ TOEFL Like yang masih berlaku dengan syarat skor minimal TOEFL untuk CPNS ialah 450, Computer Based TOEFL minimal 133 dan Internet Based TOEFL minimal 45. TOEFL ini berlaku untuk pelamar CPNS selain jabatan Pengamat Gunung Api, formasi disabilitas, serta formasi putra/ putri Papua dan Papua Barat. Namun, khusus penyandang disabilitas yang mendaftar dalam formasi umum Analis Anggaran Ahli Pertama tetap harus melampirkan sertifikat TOEFL.
2. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Untuk pelamar CPNS di Kementerian PUPR harus melampirkan sertifikat berbahasa Inggris yang baru dikeluarkan selambat-lambatnya 1 tahun terhitung dari tanggal pelaksanaan tes sampai waktu pendaftaran CPNS. Sertifikat kemampuan berbahasa Inggris keluaran dari ETS atau Educational Testing Service wajib memenuhi syarat skor minimal TOEFL untuk CPNS yaitu, skor minimal 450 untuk TOEFL ITP dan skor minimal 53 untuk TOEFL IBT.
3. Kementerian Komunikasi dan Informatika
Untuk CPNS yang melamar jabatan dengan kualifikasi pendidikan Pascasarjana (S2) dan Sarjana (S1) dalam formasi umum, lulusan terbaik, dan penyandang disabilitas harus melampirkan sertifikat TOEFL dengan syarat wajib skor minimal TOEFL untuk CPNS jenis TOEFL Prediction dengan minimal skor 475.
4. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kementerian PPPA tahun ini membuka total sebanyak 25 formasi. Bagi pelamar CPNS seluruh jabatan di Kementerian PPPA harus melampirkan sertifikat dengan syarat wajib skor minimal TOEFL untuk CPNS jenis ITP/ Paper Based Toefl 400, Computer Based Toefl minimal 133, Internet Based Toefl minimal 45 atau TOEFL Prediction Test 450 yang didapatkan sejak bulan Agustus 2018 dan setelahnya, kecuali pelamar penyandang disabilitas dan putra/ putri Papua dan Papua Barat. Khusus bagi pelamar formasi jabatan Ahli Pertama Penerjemah wajib punya sertifikat TOEFL ITP dengan skor minimal 550.
5. Kementerian Perindustrian
Untuk CPNS pelamar formasi cumlaude, umum, disabilitas dan putra/ putri Papua dan Papua Barat di Kementerian Perindustrian harus melampirkan sertifikat dengan ketentuan syarat skor minimal TOEFL CPNS di instansi ini adalah senilai 475, khusus pelamar formasi guru. Dan dosen serta TOEFL minimal 500 bagi pelamar formasi di unit kerja Direktorat Jenderal Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional. Ketentuannya, nilai TOEFL ini wajib masih berlaku sampai 31 Desember 2019, dibuktikan saat proses validasi dokumen administrasi.
6. Kementerian Luar Negeri
Tahun ini, di Kementerian Luar Negeri membuka 132 formasi CPNS. Syarat skor Kemenlu lebih tinggi dari kementerian lainnya, yakni sebesar 550 khusus pelamar diplomat. Sedangkan, untuk formasi lainnya dapat dicek di laman resmi Kemenlu sesuai jabatan yang ingin dilamar.
7. Badan Kepegawaian Negara
Bagi pelamar di area BKN harus melampirkan TOEFL/ TOEFL Preparation/ TOEFL Prediction dalam dua tahun terakhir sejak tes dengan skor minimal 450, Computer Based TOEFL minimal 133 dan Internet Based TOEFL minimal 45.
8. Badan Koordinasi Penanaman Modal
Bagi pelamar CPNS di area Badan Koordinasi Penanaman Modal harus melampirkan TOEFL dengan skor minimal 450 yang masih berlaku.
9. Kejaksaan RI
Beberapa jabatan di Kejaksaan RI pun memberi syarat pelamarnya untuk melampirkan sertifikat TOEFL atau nilai prediksi IELTS. Nilai skor berbahasa Inggris ini tergantung jabatan dan formasi masing-masing di laman resmi.
10. Arsip Nasional Republik Indonesia
Jumlah formasi Arsip Nasional Republik Indonesia yang diperlukan sebanyak 71 formasi dengan syarat wajib minimal skor 450 jenis TOEFL Prediction.
Sekian sejumlah penjelasan tentang deretan instansi wajib penuhi skor minimal TOEFL untuk CPNS.Bagaimana? Mau belajar lebih banyak soal tes TOEFL atau tips-tips tes TOEFL lainnya? Pantau terus informasi terkini dari CekAja.com ya.
Pernah mendengar istilah trimester 4 ? Buat yang belum tahu, trimester 4 ini istilah 3 bulan pertama pasca lahiran. Bisa dibilang fase terberat setelah melahirkan, apalagi buat ibu baru. Semua ibu pasti mengalami betapa struggle banget trimester 4 ini, termasuk saya. Maka dari itu postingan kali ini akan amat sangat curhat banget. Curhatan buibu baru setelah melahirkan, huhu. Betapa setahun lalu, trimester keempat ini fase yang cukup menguras emosi dan berat badan (alhamdulilah turun banyak :D) akhirnya bisa terlewati dengan lancar.
Baca juga : My Labor Story
Semua Berubah Ketika Saya Harus Melahirkan SC
Baca juga : My Labor Story
H+1 setalah SC saya sudah bilang suami dan ibu saya buat jangan terlalu pengumuman dulu kalau sudah lahiran. Yang tahu hanya inner circle keluarga yang dekat-dekat aja deh, soalnya saya masih lemas dan bagian tubuh / ekstremitas bawah saya masih kaku karena efek biusan. Saya jadi inget omongan salah satu dosen dan kolega di kampus Bu Nitta, kalau setelah SC itu jadi ngerti teori soal pemulihan pasca bedah ebb phase, flow phase, sampai anabolic phase. Masih sempet-sempetnya juga minta perawat buat cek bising usus saya supaya cepet bisa minum air putih, hehe.
Beruntungnya saat itu saya sudah rawat gabung, jadi baby y bisa langsung direct breastfeeding . Udah ambyar banget kalau mesti pumping pas badan dan perut lagi gak karuan. Jadi faham banget kalau banyak buibu diluar sana amat sangat cari tempat melahirkan yang pro ASI dan rawat gabung. Karena ya bisa setenang itu, nggak usah jauh sama bayi. Mengalami sendiri kalau tempatnya pro asi, kita sebagai ibu baru nggak usah terlalu bawel dan cemas bayi dapet ASI atau nggak.
Hari selanjutnya sampai 2 hari kemudian, akhirnya saya boleh pulang ke rumah karena sudah bisa jalan dan duduk tegak. Meski rasanya tetep aja pusing dan leher sakit karena tensi rendah. Tanya ke obgyn ternyata, saya diperbolehkan untuk minum starbucks supaya caffein nya bisa bekerja menaikan tekanan darah daripada minum obat. Such as, blessing in disguise + guilty pleasure bisa minum kopi enak setelah melahirkan :D.
Bayangan kehidupan setelah melahirkan itu ternyata nggak se- excited di film atau iklan di tv ternyata. Tadinya kalau saya berhasil lahiran normal, sudah banyak banget plan mau inilah itulah, dan lain-lain. Qodarullah saya melahirkan ternyata harus SC. Rasanya clueless banget saat itu, dan jujur dalam hati saya rasanya campur aduk. Antara bahagia punya anak lahir dengan selamat dan sehat, dan sedih karena badan saya rasanya lemah banget.
Di bulan pertama baby y saja, saya nggak bisa memandikan baby y sendiri dengan proper. Dua minggu umur baby y aja, saya pakai jasa homecare bidan yang untungnya masih tetangga buat mandikan dan perawatan puput baby y. Menggendong ala timang-timang saja nggak bisa. Meski begitu, hamdalah banget baby y bukan tipe bayi yang tidur harus selalu dipangku, didekap saya dan dibaju dengan hangat aja lebih dari cukup. Fase growth spurt pun hanya lebih banyak menyusui aja. Kalau dipikir sekarang, mungkin saja baby y sudah tahu kalau ibunya sedang struggling sama mentalnya, jadi dia ngerti dan tahu hal yang sekiranya bisa buat dia aman dan saya nyaman.
Perasaan campur aduk inilah, sukses membawa saya ke fase yang paling jadi ketakutan semua orang, Baby Blues. Saya mengalami banget, betapa perubahan hormonal di tubuh saya bisa membuat saya menangis seharian tanpa sebab dan merasa tertekan banget. Rasanya mirip banget sama pms, tapi ini lebih nyesek aja. Harus diakui ada trigger yang besar yang mendorong baby blues ini. Memang ada kondisi bawaan baby y, yang membuat saya sedih banget, ditambah saya yang saat itu belum ikhlas SC. Tapi yang diluar itu rasa sedih tanpa sebabnya pun rasanya juga besar.
Karena sering menangis, tak jarang mbak yang bantu dirumah dan ibu saya pun mulai aware sama saya. Suami memang setelah lahiran hampir seminggu lebih dinas keluar kota, jadi makin drained memang. Hamdalah, pekerjaan domestik banyak yang bantu, sehingga saya bisa fokus berdua dengan bayi. Karena baby y banyak saya yang handle, alhamdulilah baby y pun nggak mengalami bilirubin tinggi, karena rajin berjemur dan menyusui selalu tepat 2-3 jam sekali. Seorang desty yang jauh dari kata rajin, rasanya ajaib saat punya anak bisa sekonsisten itu on the track soal ASI.
Saat 3 minggu pertama saya merasa lebih baik kalau dekat dengan bayi, malah teknik menggendong ala m-shape menggunakan baby wrap yang susah itu pun saya coba terus. Sampai akhirnya bisa dan sama-sama nyaman, saya akui menggendong itu bikin bonding makin kuat. Setidaknya rasa sesak pasca melahirkan saya berkurang, saya nyaman sama bayi. Perlahan mental saya terasa mulai membaik.
Namun suara-suara sumbang takut bayi nya inilah itulah, mulai sering saya dengar juga. Ujian mental ya, ketika merasa sudah agak ok harus dengerin yang nggak enak. Saat itu saya akhirnya mengerti banget, betapa bisa tertekan seorang ibu (apalagi kalau anak pertama) gegara suara sumbang yang belum tentu ilmiah. Apalagi kalau bunyinya soal melahirkan SC, duh ambyar deh gue. Karena saya introvert, mungkin terlihat apatis. Padahal mah, hati pikiran mah mulai kocar-kacir, yang ujung-ujungnya mood swing. Mood swing, akhirnya nangis lagi sambil meratapi luka jahitan di perut yang masih sakit.
Pokoknya dimasa saya sering dengar suara sumbang, saya membuat diri ini se- comfort mungkin deh. Meskipun nggak jarang saya sering cekcok juga sama suami karena salah faham hal yang sepele banget. Tapi ya gitu, setelahnya kami jadi makin berbenah diri, saya harus ngerem emosi, suami juga ngerti betapa sulitnya struggling kehidupan awal seorang ibu.
Problem pun datang saat itu kenaikan berat badan baby y setelah lahir ya pas-pasan angka aman. Saya nggak mengalami bahwa berat anak bisa naik sampai 1kg lebih diawal bulan lahirannya seperti katanya orang-orang. Ada nada sumbang katanya harus dikasih sufor karena ASI kurang, dan lainnya. Tapi karena saya ahli gizi, suara sumbang model gini masih bisa ditangkis :). Walaupun sempet kepikiran gitu saya kurang bagus banget ASI-nya. Saya pun saat itu langsung evaluasi menu harian, apa ada yang kurang, apa asupan air putih nya kurang dan lainnya. Menu makanan aman, tapi ya rasa deg-degan tetep ada. Suami juga nggak berhenti mengingatkan saya untuk keep stick it and trust my gut about gain BB baby y. Biar nggak banyak mikir, katanya, simple ya pikiran bapak-bapak.
Selama maternity leave bulan pertama dan kedua, saya semakin fokus pada diri sendiri dan baby y. Terdengar aneh mungkin, tapi saya sering ajak baby y untuk ngobrol, diskusi, bahkan negosiasi. Kinda baby talk lah, kalau kata orang luar. Tapi yang saya rasakan sendiri, baby y sangat kooperatif banget jadinya, bisa ikut insting nurture saya sebagai seorang ibu. Contohnya, di gendong m shape pakai baby wrap pun mau, belajar ASI perah meski pakai dot aman dan lancar jaya. Sampai ya naik bb nya pun alhamdulilah banget stabil, sesuai kms saja cukup.
Dibulan kedua dan ketiga inilah saya pun mulai rajin pumping demi tabungan ASI terpenuhi. Tiap beres dbf, langsung pumping. Di jam-jam malam juga pumping, kapanpun pumping. Hidup rasanya harus pumping dan pumping, demi stok ASI menjelang kerja cukup. Sekarang setelah baby y setahun lebih, jadi kangen juga pumping pas ASi lagi banyak-banyaknya XD.
Sampai menjelang masuk kerja, alhamdulilah semua berjalan smooth banget meskipun ada drama cari pengasuh baby y, hehe. Perlahan tapi pasti, saya bisa struggling menjalani kehidupan modyarhood yang kurang tidur, mandi super kilat, dan jadi ASI berjalan buat baby y. Tapi seiring keyakinan diri, semuanya alhamdulilah bisa dilewati dengan baik-baik saja. Malah menjelang kerja juga lah, alhamdulilah saya bisa punya jadwal yang match dengan fisioterapis baby y. Kapan-kapan saya cerita soal tortikolis ya di blog ini.
Pada akhirnya bener seperti caption di instagram, bahwa ibu yang sempurna itu tidak ada. Yang ada hanya ibu terbaik di mata anak-anaknya sendiri. Bahwa anak kita dan keluarga itu bisa bahagia, kalau ibunya sendiri sudah bahagia, dan itu sudah lebih cukup. Malaikat juga tahu, setiap ibu akan juaranya *auto nyanyi*.
Ini cerita saya saat trimester empat, kalau cerita buibu yang lain gimana? Tetep semangat yah buibu yang masih struggle di fase ini. Pokoknya jangan lupa bahagiakan diri ya buibu, cari support system yang banyak ^^.
Sampai jumpa di postingan lainnya.
Di bulan pertama baby y saja, saya nggak bisa memandikan baby y sendiri dengan proper. Dua minggu umur baby y aja, saya pakai jasa homecare bidan yang untungnya masih tetangga buat mandikan dan perawatan puput baby y. Menggendong ala timang-timang saja nggak bisa. Meski begitu, hamdalah banget baby y bukan tipe bayi yang tidur harus selalu dipangku, didekap saya dan dibaju dengan hangat aja lebih dari cukup. Fase growth spurt pun hanya lebih banyak menyusui aja. Kalau dipikir sekarang, mungkin saja baby y sudah tahu kalau ibunya sedang struggling sama mentalnya, jadi dia ngerti dan tahu hal yang sekiranya bisa buat dia aman dan saya nyaman.
Akhirnya Saya Baby Blues Juga...
Perasaan campur aduk inilah, sukses membawa saya ke fase yang paling jadi ketakutan semua orang, Baby Blues. Saya mengalami banget, betapa perubahan hormonal di tubuh saya bisa membuat saya menangis seharian tanpa sebab dan merasa tertekan banget. Rasanya mirip banget sama pms, tapi ini lebih nyesek aja. Harus diakui ada trigger yang besar yang mendorong baby blues ini. Memang ada kondisi bawaan baby y, yang membuat saya sedih banget, ditambah saya yang saat itu belum ikhlas SC. Tapi yang diluar itu rasa sedih tanpa sebabnya pun rasanya juga besar.
Karena sering menangis, tak jarang mbak yang bantu dirumah dan ibu saya pun mulai aware sama saya. Suami memang setelah lahiran hampir seminggu lebih dinas keluar kota, jadi makin drained memang. Hamdalah, pekerjaan domestik banyak yang bantu, sehingga saya bisa fokus berdua dengan bayi. Karena baby y banyak saya yang handle, alhamdulilah baby y pun nggak mengalami bilirubin tinggi, karena rajin berjemur dan menyusui selalu tepat 2-3 jam sekali. Seorang desty yang jauh dari kata rajin, rasanya ajaib saat punya anak bisa sekonsisten itu on the track soal ASI.
Saat 3 minggu pertama saya merasa lebih baik kalau dekat dengan bayi, malah teknik menggendong ala m-shape menggunakan baby wrap yang susah itu pun saya coba terus. Sampai akhirnya bisa dan sama-sama nyaman, saya akui menggendong itu bikin bonding makin kuat. Setidaknya rasa sesak pasca melahirkan saya berkurang, saya nyaman sama bayi. Perlahan mental saya terasa mulai membaik.
Namun suara-suara sumbang takut bayi nya inilah itulah, mulai sering saya dengar juga. Ujian mental ya, ketika merasa sudah agak ok harus dengerin yang nggak enak. Saat itu saya akhirnya mengerti banget, betapa bisa tertekan seorang ibu (apalagi kalau anak pertama) gegara suara sumbang yang belum tentu ilmiah. Apalagi kalau bunyinya soal melahirkan SC, duh ambyar deh gue. Karena saya introvert, mungkin terlihat apatis. Padahal mah, hati pikiran mah mulai kocar-kacir, yang ujung-ujungnya mood swing. Mood swing, akhirnya nangis lagi sambil meratapi luka jahitan di perut yang masih sakit.
Pokoknya dimasa saya sering dengar suara sumbang, saya membuat diri ini se- comfort mungkin deh. Meskipun nggak jarang saya sering cekcok juga sama suami karena salah faham hal yang sepele banget. Tapi ya gitu, setelahnya kami jadi makin berbenah diri, saya harus ngerem emosi, suami juga ngerti betapa sulitnya struggling kehidupan awal seorang ibu.
Problem pun datang saat itu kenaikan berat badan baby y setelah lahir ya pas-pasan angka aman. Saya nggak mengalami bahwa berat anak bisa naik sampai 1kg lebih diawal bulan lahirannya seperti katanya orang-orang. Ada nada sumbang katanya harus dikasih sufor karena ASI kurang, dan lainnya. Tapi karena saya ahli gizi, suara sumbang model gini masih bisa ditangkis :). Walaupun sempet kepikiran gitu saya kurang bagus banget ASI-nya. Saya pun saat itu langsung evaluasi menu harian, apa ada yang kurang, apa asupan air putih nya kurang dan lainnya. Menu makanan aman, tapi ya rasa deg-degan tetep ada. Suami juga nggak berhenti mengingatkan saya untuk keep stick it and trust my gut about gain BB baby y. Biar nggak banyak mikir, katanya, simple ya pikiran bapak-bapak.
Selama maternity leave bulan pertama dan kedua, saya semakin fokus pada diri sendiri dan baby y. Terdengar aneh mungkin, tapi saya sering ajak baby y untuk ngobrol, diskusi, bahkan negosiasi. Kinda baby talk lah, kalau kata orang luar. Tapi yang saya rasakan sendiri, baby y sangat kooperatif banget jadinya, bisa ikut insting nurture saya sebagai seorang ibu. Contohnya, di gendong m shape pakai baby wrap pun mau, belajar ASI perah meski pakai dot aman dan lancar jaya. Sampai ya naik bb nya pun alhamdulilah banget stabil, sesuai kms saja cukup.
Dibulan kedua dan ketiga inilah saya pun mulai rajin pumping demi tabungan ASI terpenuhi. Tiap beres dbf, langsung pumping. Di jam-jam malam juga pumping, kapanpun pumping. Hidup rasanya harus pumping dan pumping, demi stok ASI menjelang kerja cukup. Sekarang setelah baby y setahun lebih, jadi kangen juga pumping pas ASi lagi banyak-banyaknya XD.
Suami Aware Soal Mental Health
Bersyukur banget saya punya suami yang faham soal pentingnya mental health. Tanpa bermasksud membanggakan suami saya termasuk orang yang concern banget sama baby blues, post partum depression, malah masalah post power syndrome pun dia peduli. Dia tahu banget, buat saya hanya satu cup kopi latte ala-ala itu sudah membantu menenangkan saya, mengajak saya diskusi banyak hal supaya otak saya nggak stuck. Mengingatkan banget kalau saya adalah individu dewasa yang perlu untuk menjadi orang dewasa, tidak melulu bersama bayi. Termasuk mengenalkan saya untuk yuk mau ngedesain kecil-kecilan lewat ipad karena ada procreatenya. Meskipun sampai sekarang belum ngulik semua, tapi saya merasa bisa "hidup" sekali lagi sebagai seorang ibu.Sampai menjelang masuk kerja, alhamdulilah semua berjalan smooth banget meskipun ada drama cari pengasuh baby y, hehe. Perlahan tapi pasti, saya bisa struggling menjalani kehidupan modyarhood yang kurang tidur, mandi super kilat, dan jadi ASI berjalan buat baby y. Tapi seiring keyakinan diri, semuanya alhamdulilah bisa dilewati dengan baik-baik saja. Malah menjelang kerja juga lah, alhamdulilah saya bisa punya jadwal yang match dengan fisioterapis baby y. Kapan-kapan saya cerita soal tortikolis ya di blog ini.
Akhir Kata Trimester Empat
Jadi trimester keempat itu besar pengaruhnya buat saya. Betapa perlu banyak bersyukur dalam keadaan yang nggak sesuai ekspektasi. Bersyukur karena masih dikelilingi support system yang amat sangat peduli demi kewarasan saya sebagai ibu. Saya yang sekarang bisa terlihat "kuat" dan tertawa lepas itu, bisa ikhlas menerima bahwa lahiran SC itu tidak apa, memberi asi perah lewat dot tidak apa, berat badan baby y yang naiknya tidak sefantastis anak orang itu juga tidak apa-apa banget. Meskipun saat ini saya masih merasa berjuang sama mental sendiri hingga saat ini.Pada akhirnya bener seperti caption di instagram, bahwa ibu yang sempurna itu tidak ada. Yang ada hanya ibu terbaik di mata anak-anaknya sendiri. Bahwa anak kita dan keluarga itu bisa bahagia, kalau ibunya sendiri sudah bahagia, dan itu sudah lebih cukup. Malaikat juga tahu, setiap ibu akan juaranya *auto nyanyi*.
Ini cerita saya saat trimester empat, kalau cerita buibu yang lain gimana? Tetep semangat yah buibu yang masih struggle di fase ini. Pokoknya jangan lupa bahagiakan diri ya buibu, cari support system yang banyak ^^.
Sampai jumpa di postingan lainnya.
All right reserved.
Hi ! :)
Sambil menghela nafas, sambil nulis postingan ini akhirnya saya dengan bangga ke diri sendiri bisa juga nulis postingan ini. Iya bangga, setelah setahun kebelakang rasanya campur aduk kalau ditanya soal melahirkan. Jadi kata-kata yang sering berseliweran di sosial media sola melahirkan itu benar adanya. Memang segitu bisa bapernya seorang ibu yang ditanya melahirkannya apa dan kenapa.
Apalagi saya sendiri yang akhirnya, melahirkan dengan cara SC (Sectio Caesarea), seperti saya.
Sama seperti buibu lainnya yang mengalami, saya pun ambyar dan luruh nggak bersisa saat itu :'(.
Alhamdulilah, kondisi sekarang saya bisa senyum tanpa beban, ditanya sc ya sudah biasa-biasa aja.Ya sambil ketawa-ketawa pun bisa, ahahaha. Insha allah saya sudah ikhlas, karena sudah waras lagi. Sudah bisa menerima kalau udah takdir ya mau bagaimana lagi . Tapi kalau setahun yang lalu, jangan harap bisa begini, mau merasa diri ini baik-baik 100% pun nggak bisa, hanya maksimal 40%.
Mulai cerita yaa, teman-teman. Tahun lalu saat hamil pertama, kehamilan saya umurnya 41 week jalan ke 42. Umur kehamilan saya terhitung panjang ya, kalau istilah di orang sunda 10 bulan. Kehamilan saya, alhamdulilah kondisinya baik nggak ada kendala medis yang mengkhawatirkan dari trimester awal sampai akhir. Sebelumnya saya juga cerita kehamilan trimester sebelumnya di link bawah ini, hehe (tetep promo blog sendiri).
Baca juga : Preggo Story
Normalnya, kehamilan itu usianya dari 39-42 week, jadi seharusnya kalau di HPL, saya melahirkan tanggal 29 Juni 2018. Selama menuju HPL itu, posisi bayi dalam rahim sudah bagus, bayi sudah turun ke kebawah, dan posisinya juga sudah pas sih. Kata obgyn saya, dr. Benny Hasan, SPOG (K), tinggal menunggu si bayinya semakin turun lebih bawah ke jalan lahir.
Yawes lah saya bisa santuy (santai) aja, karena dokter obgyn saya pun saat itu bisa bilang masih bisa lahiran normal. Oiya, dr. Benny ini memang langganan keluarga saya dan sangat pro lahiran normal banget, bahkan kakak sepupu saya pun anak keduanya sukses VBAC (VBAC = Vaginal Birth After Caesarian). Jadi saya sendiri masih bisa selow menunggu baby y lahir saat itu.
Tapi makin deg-deg an juga akhirnya, karena udah mulai ambil jatah cuti tapi kok belum ada tanda-tanda kontraksi atau minimal mules pun nggak ada. Supaya nggak cemas dan nggak kepikiran terus, saya inget banget suami sampai mau anter buat nonton The Incredibles 2, dan nangis barengan pas di film pendeknya pixar, Bao. Pulang nonton pun saya masih bisa jajan bakso malang, dan masih boncengan naik motor sama suami :).
Tanggal 4 Juli 2018, saya kontrol lagi ke dr. Benny. Hasilnya tetep belum ada kontraksi dan juga mules. Dokternya bilang, kalau sampai minggu ini tetep begini terus, mau nggak mau induksi dulu ya atau nggak SC, soalnya usia janinnya sudah terlalu lama, takut ada apa-apa. Pulang dari dokter, saya lemes, dan mulai putus asa sebenernya kok nggak ada tanda-tanda lahiran. Sempet terbesit memang kalaupun harus sc pun yaudahlah ya, yang penting bayi nggak kenapa-kenapa deh.
Esoknya, H-2 sebelum lahiran tiba-tiba perut saya mules, dan pas cek ke kamar mandi ternyata saya ada flek kaya darah gitu. Nggak lama sayapun cek ke rumah sakit bareng mama dan sepupu, dan kata dokter kandungannya saya pun sudah bukaan satu dan kontraksinya sudah mulai kencang. Kontrol ke rs jam 1, dan jam 6 kalau mules bertambah, saya disuruh ke rs lagi.
Selama jam-jam menunggu, saya pun mulai merasa mules udah nambah dan perut makin kenceng. Akhirnya jam 6 an saya masuk ke rumah sakit dan dicek lagi. Saat di cek mules memang udah makin intens, tapi bukaan saya masih mentok di bukaan satu. Satu jam berlalu, saya pun dibawa ke ruang melahirkan dan disana akhirnya saya pun di beri induksi. Iya induksi karena bukaan saya baru naik ke bukaan dua.
Part induksi ini, masha allah banget, dan nggak mau-mau lagi deh, mending naik roller coaster aja. Setelah induksi mules saya luar biasa sakitnya nggak kira-kira. Sesakit-sakitnya saya, kalau sakit masih mau makan, tapi denganmu induksi itu tidak berlaku. Makan nggak selera, tidur nggak bisa, karena mules ini datangnya 5 menit sekali tanpa ada jeda.
Tiga puluh menit induksi, obatnya ternyata di stop karena bayi saya stress dan detak jantungnya nggak stabil. Jadi demi keselamatan ibu dan bayi, induksi dihentikan. Kukira mulesnya pun nggak akan hilang, tapi nggak tetep aja mules. Bukaan saya pun cuma naik jadi tiga, dan dicek tiap 2 jam pun sudah gak ada penambahan lagi.
Sampai ketika, saya harus puasa dari jam 10.00 malam. Saya udah ngelengos dalam hati, yah beneran sc ya kayanya. Mama saya pun kelihatan mau nangis, tapi masih tegar nemenin sampai jam 11 malam. Sisanya malam itu saya hanya ditemani suami, dan ada juga mertua yang jenguk dan ikut nunggu sampai subuh.
Saking mulesnya saya udah ngoceh ngaler ngidul (bs sunda : kemana aja) kata suami saya. Bahkan sesekali saya bilang bapak sambil istighfar. Memang ya, melahirkan itu maut terasa sejengkal lebih dekat aja rasanya. Kurang lebih 12 jam bertahan, esok harinya saya harus SC, dan suami dengan berat hati tanda tangan inform concent. Jadi inget masa kuliah, tiap mau ambil data ke responden untuk penelitian saya nyodorin inform concent, and now this is my turn :").
Sebelum ruang operasi, rasanya kok jadi melow juga yaa. Mama saya nangis, suami mukanya sedih banget keliatan nggak bisa ngomong apa-apa lagi. Sebagai pasien, aku tuh harus tegar, harus setrong :"(. Operasi SC nya nggak lama ternyata, cepet banget menurut perkiraan saya. Masuk jam 10 pagi, jam 11 pagi pun udah selesai ternyata. Dan ya meskipun sebentar, tapi tetep berkesan karena saya sadar kok masih bisa lihat dan dengar suara anak bayi saat lahir. Saking terharunya, saya pun menangis pas baby y di dekatkan dan IMD.
![]() |
Assalamualaikum baby y, sayangnya ibu :* |
IMD beneran, meskipun SC, saya tetap bisa IMD dengan baby y. Masha allah, imd itu momentnya nyaman banget, dan seneng banget aja gitu lihat bayi cari ASI. IMD saya ini nggak lama, sekitar 15-20 menit saja karena saya sudah nggak sanggup nahan mual selama operasi berlangsung.
Selesai operasi saya terpisah dulu dari baby y, karena baby y harus diobservasi dan saya pun harus menyesuaikan diri karena kondisi menggigil pasca operasi. Setelah kurang lebih 6 jam an, akhirnya baby y pun sudah di bawa ke kamar, dan bobo bareng dengan ibu. Untuk menyusui pertama kalinya, alhamdulilah baby y nggak ada kesulitan berarti, lancar. Saya pun diberi tahu susternya, bahwa baby y cukup asi, karena pup dan pipisnya sudah mulai sering.
Untuk SC ini saya menginap di rumah sakit 4 hari 3 malam, karena d hari kedua dan ketiga saya sudah belajar duduk dan berjalan. Saya merasakan sendiri bahwa kalau sudah SC itu, bukannya enak yang ada sakitnya luar biasa. Untuk pemulihan totalnya, saya sendiri butuh 3 minggu untuk bisa aktifitas yang ringan, kalau sampai biasa ya butuh 1,5 bulan.
Saya juga opini sedikit, soal melahirkan SC ini. Mohon kiranya ya, kalau ada yang melahirkannya SC, jangan ditanya kok SC dengan nada bicara yang meremehkan dan nggak menyenangkan. Apalagi sampai tega bilang atau judge pengen enaknya aja dan malas lahiran normal ya.
Pertama itu sangat tidak etis, tidak manusiawi malah. Yang kedua, ibu yang habis melahirkan itu hormonalnya sedang tidak stabil, dan pasti berpengaruh ke emosi dan mentalnya. Please, baby blues itu nyata banget, minimal kalau tidak bisa bantu ya jangan jadi trigger. Lebih baik simpan opini (yang kira-kira menyakitkan) dalam hati.
Fyi aja, yang namanya SC itu kan pembedahan, bedah itu sebetulnya dilukai dengan sengaja. Dilukainya pun nggak sembarangan, berlapis-lapis jaringan kulit sampai akhirnya sampai ke bagian rahim. Jadi kalau masih ada yang shamming soal SC, coba aja deh emang berani melukai tubuh sendiri? *hadeuh*.
Pesan masyarakat aja yah, please keep quiet and respect every mom decission. SC atau normal itu sebenernya hanya ikhtiar kok, jalan dan prosedural medisnya aja yang beda. Baik normal atau SC tetap nggak ada yang bisa menggantikan esensinya bahwa itu seorang ibu. Dimata anak yang penting itu ibunya, mau lahirnya mudah kek sulit kek, anak kita gak peduli itu. Peluk buat semua ibu ya, apapun jalan lahirnya, yang paling penting ibu selamat bayi sehat.
Sekian dulu ya, cerita lahiran saya ini, sebenarnya masih panjang tapi lain kali dilanjut di postingan yang lain. Akhirnya plong juga jiwa raga bisa berani cerita soal lahiran setahun yang lalu :"). Jadi lengkap deh seri cerita kehamilan saya di blog ini *terharu*. Semoga kelak kalau baby y sudah besar dan bisa baca blog ini baby y tahu dan makin sayang sama ibuknya :*.
All right reserved.
Do not copy-paste without allowance
Or any permission from authors.
Or any permission from authors.
Entah bawaan hamil anak laki-laki mungkin ya, saya jadi malesan gitu. Walaupun untuk skincare- an masih bisa dipaksa jalan terus, apalagi pakai sunscreen. Setidaknya rapi dan nggak kelihatan lusuh banget. Cuma ya orang dikantor sih bilangnya saya bawaannya lusuh karena resiko hamil anak cowok, memang bawaan ke ibunya jadi hilang cantik perempuannya.
Maka dari itu, saya resmi jadi ibu-ibu yang nggak kebagian pregnancy glowing. Jadi cantik saat hamil itu, buat saya hanya ungkapan belaka, ahaha. Tapi nggak apalah, yang penting masih rajin skincare yang basic deh. Tujuannya ya maintain kulit supaya tetep sehat dan bersih.
Disclaimer aja masalah kulit saya hamil itu cenderung mudah banget kering dan teksturnya berasa kasar. Karena postingan ini hanya sharing pengalaman pribadi saja ^^. Soalnya kondisi kulit saat hamil setiap orang itu unik dan berbeda. Terutama untuk buibu yang hamil kondisi kulitnya lagi berubah ekstrim. Alangkah aman dan bijak untuk konsultasi aja ke dokter kandungan, demi aman buat ibu dan juga si kecil yang ada di kandungan :).
Rules saya saat skincare saat hamil ada beberapa poin.
1. Go For Phisycal Exfoliant dan Puasa Exfoliant Toner, Terutama BHA.
Sebelum tahu sedang hamil, saya pemakai tulen BHA toner dari brand korea. Kulit saya termasuk yang cocok dengan bha, dan rutin pakai demi bisa mengurangi jerawat. Meskipun bha toner nya punya konsentrasi rendah, yakni kurang dari 2%. Meskipun katanya konsentrasi < 2% itu aman buat bumil, saya cari aman deh stop dulu saja. Saat itu saya lebih memilih physical exfoliant saja.
Sayangnya saya saat itu nggak kepikiran untuk pakai AHA atau PHA karena pilihan produknya dikit dan cendrung mahal. Nggak sebanyak sekarang, produk AHA dan PHA nya punya banyak pilihan, hiks. Tapi kalau nanti (gak janji, entah kapan yaa, lol) hamil lagi, saya mau pakai exfoliating toner dari AHA atau PHA aja deh.
2. Tidak Memakai Produk Pemutih atau Ada Whitening Agent.
Kalau ini mah saya milih ikutin kata dokter obgyn untuk menghindari aja. Saya nggak hapal semua ingredient lain yang kurang dianjurkan saat hamil, selain mercury, hyroquinon dan retinol. Kalau rajin, bisa tinggal cek ingredients di Codsna, Skincharisma, dan website BPOM. Sebagai gantinya yah, pakai yang brightening aja. Toh, saya nggak butuh putih, tapi butuh kulit yang sehat dan glowing kaya kue nastar apapun skintonenya, haha.
3. Tidak Pakai Obat Jerawat.
Harus diakui saat hamil baby y, muka saya less acne and less clogging pores. Padahal tadinya gampang banget buat komedo, whiteheads, dan jerawat yang batu dan kecil. Jarang jerawatan bukan berarti nggak ada sih, sesekali masih suka muncul kok gengs :). Jadi kalau ada jerawat kecil, saya milih dibiarin aja atau pakai produk acne patch supaya jerawatnya cepet matang. Itupun selama 9 bulan kehamilan hanya terpakai < 5 kali saja :).
4. Fokus ke Hydarating dan Protecting.
Hal yang sekarang di highlight banyak skincare guru yakni hydrating dan protecting. Karena ya itu, skin barier yang baik dan terhidrasi itu adalah koentji. Berlaku buat siapa saja, tak terkecuali ibu hamil. Seperti yang saya bilang sebelumnya, semales-malesnya saya pakai skincare, step hydrating dan protecting pasti dikerjain. Hydrating toner dan sunscreen itu setiap hari harus terpenuhi, terutama saya juga memang kerja kantoran yang pasti terpapar matahari.
Produknya apa saja bakal saya share sekarang sekaligus mini review nya, simak terus yaa :)
1. Face Cleanser
Pas hamil saya belum melakukan tahap double cleansing, karena memang kulitnya agak kering. Entah kenapa kalau terlalu banyak cleanser itu bikin muka lebih terasa kering dan ketarik rasanya. Fyi, karena tadinya kulit saya normal to oily garis keras yang biasa minyakan belum pernah merasa kalau pakai cleanser tertentu itu bikin ketarik.
Jadi ada 2 cleanser yang saya rasa cukup nyaman di kulit saya yang transisi saat itu. Ada Wardah Aloe Hydramild Facial Wash dan Mustika Ratu Sabun Mutiara. Tapi yang jadi daily routine saya itu Wardah Hydramild Facial Wash, saya sampai habiskan 2-3 tube besar selama hamil. Padahal saya beli ini asal comot aja tadinya di supermarket. Tentunya nggak ada ekspekstasi berlebihan, cuma butuh kulit lembut aja.Meskipun di akhir-akhir saya juga cicip Cetaphil Gentle Cleanser.
Facial wash hydramild ini rasanya enak banget, lembap di muka dan imho busa nya nggak terlalu foamy. Tidak bikin kering sama sekali. Jadi ya, si facial wash ini jadi andalan banget saat di pakai di am dan pm skincare routine saat kulit kering. Saking sukanya, sekarang udah repurchase lagi sih yang versi kecil buat back up kalau kulit kering lagi.
Nah, kalau Mustika Ratu Sabun Mutiara ini saya pakainya kalau kulit jadi agak rewel alias lagi banyak whiteheads dan jerawat kecil. Sabun ini saya tahu dari mama saya, karena ini sabun legend katanya yang ampuh buat menumpas jerawat di muka. Setuju memang kalau klaim menumpas jerawat dan whiteheads, walaupun sayangnya bikin muka cukup ketarik setelahnya. Tapi kalau ada yang lagi jerawatan dan mungkin lagi nggak hamil pun bisa di coba loh sabun ini. Karena ya sebagus itu memang buat mengurangi jerawat.
2. Hydrating Toner
Selesai cumuk (cuci muka), saya lanjut ke tahap selanjutnya yakni hydrating toner. Hydrating toner yang saya gunakan yakni dari Hada Labo Gokujyun Toner. Toner ini punya tekstur seperti air dan tanpa pewarna serta pewangi. Sesuai klaim nya banget, jadi memang ramah dan aman untuk kulit sensitif sekalipun.
Karena kondisi kulit saat hamil memang kering, toner ini bisa bekerja optimal di kulit. Optimal dalam hal melembapkan, dan tekstur kering di wajah saya pun cukup berkurang. Toner ini pun nggak bikin muka minyakan, karena menyerap dengan baik di kulit. Cara pakainya pun hanya di tuang di telapak tangan dan tinggal di tap ke muka, voilla selesai.
Sedikit curhat tadinya saya love-hate relationship sama hydrating toner ini. Awal pemakaian, toner ini sukses bikin jerawat kecil 2 buah. Setelah jerawatan reda, sekitar 2 minggu lebih saya pun memberi kesempatan kedua untuk toner ini. Surprisingly, malah gak apa-apa, dan gak ada jerawat muncul lagi. Akhirnya, ngeh sih kalau saya purging.
Selesai purging, saya jadi suka sama hydrating toner hada labo gokujyun ini. Kulit berasa improving banget karena kelembapanya terjaga. Pori-pori di muka ini, jadi agak langsingan dan wajah jadi nggak gampang berminyak. Harganya pun terjangkau, karena dibawah 50ribu saja.
3. Moisturizer dan Sunscreen
Step yang ini sebenernya udah pada saya review barangnya di blog ini, hehe. Malah untuk sunscreen nya saya memang repurchase 2 tube sejak yang di posting ini habis, hehe. Memang sulit buat saya untuk move on dari sunscreen jepang, khususnya Biore UV Aqua Rich.
Baca juga : Biore UV Aqua Rich
Untuk moisturizer saya cuma cicip 2 brand aja, Adoree Paris dan juga Safii. Lagi-lagi yang Adoree Paris pernah saya review juga diblog, hehe.
Baca juga : Adoree Paris Rice Face Cream
Setelah habis Adoree Paris, barulah saya pindah ke Safii Brightening Day Cream varian Naturally Bright yang Mangoosteen. Seingetku, pakai ini saat masuk ke trimester 2 deh, pokoknya sudah habis sekitar 3 jar. Pelembab ini formulanya enak, ringan, dan cepet menyerap dikulit. Sebenernya ini varian di sasar Safii buat remaja, tapi bumil seperti akutu aja cocok-cocok aja pakai ini. Ingredient nya pun nggak ada yang dilarang, mana ini juga halal jadi lebih aman lagi.
4. Powder dan Lip Product
Setelah skincare-an saya biasanya hanya pakai bedak tabur saja. Bedak tabur yang lebih sering dipakai ya yang dari Revlon ketimbang Ponds BB Powder. Saya nggak terlalu suka sama baunya Ponds BB Powder sih, kayak bau apek gitu. Padahal finishnya lumayan bagus, nggak matte banget.
Revlon Loose Powder yang saya pakai itu shade Creamy Peach. Untuk bedak tabur dari Revlon, saya masih agak so-so. Formulanya ringan, undertone nya peach, finishnya nggak matte banget. Daya tahannya lumayan kalau kulit yang tipe nya kering, kalau di kulit berminyak kurang nampol. IMHO, butirannya agak kurang halus. Jujur, masih belum ingin repurchase dan lagi menjajal ke bedak tabur lainnya sih, hehe.
Segini aja sih, dandanan kalau lagi jadi bumil kemarin, hehe. Untuk lip product saya cuma pakai lip balm yang tinted aja dari Burst Bees. Ini pun saya repurchase di shade yang sama, karena ya saya ngerasa pede-pede aja pakai warna ini. Mungkin baby y nggak suka ibunya terlalu lenongan banget pas hamil, hehe.
Baca juga : Burt's Bees Tinted Lip Balm Hibiscus
5. Physical Exfoliator
Nah, kalau ini optional banget, karena saya nggak pakai ini setiap hari. Physical exfo itu saya hanya pakai 2-3x/minggu saja. Memang sih, banyak yang bilang kalau chemical exfoliant itu lebih baik dari physical tapi balik lagi ke pasal awal, saya mencoba pilih yang lebih safe buat bayi. Produk yang saya gunakan ini ada 2, St. Ives Fresh Skin Apricot Scrub dan juga Zoya Exfoliator Gel. Keduanya saya pakai selang-seling, gimana mood. Hasilnya sendiri sama-sama menghaluskan tekstur kulit
Buat skincare malam, saya nggak pakai apa-apa,cukup cuci muka saja yang bersih. Soalnya saya biasanya mual banget di malam hari, dan gampang banget ngantuk. Jadi bisa dibilang pas hamil jarang begadang. Malam itu beneran dipakai buat pol istirahat, main social media pun jarang karena skip pengen bobo lebih awal.
Nah buibu yang lain tim apa. Tim tetep rajin skincare-an atau malah jadi suka dandan karena kebagian pregnancy glowing? Mungkinkah ada yang kaya saya, yang malas dandan dan skincare. Share juga yuk di kolom komentar ^^.
1. Face Cleanser
Pas hamil saya belum melakukan tahap double cleansing, karena memang kulitnya agak kering. Entah kenapa kalau terlalu banyak cleanser itu bikin muka lebih terasa kering dan ketarik rasanya. Fyi, karena tadinya kulit saya normal to oily garis keras yang biasa minyakan belum pernah merasa kalau pakai cleanser tertentu itu bikin ketarik.
Jadi ada 2 cleanser yang saya rasa cukup nyaman di kulit saya yang transisi saat itu. Ada Wardah Aloe Hydramild Facial Wash dan Mustika Ratu Sabun Mutiara. Tapi yang jadi daily routine saya itu Wardah Hydramild Facial Wash, saya sampai habiskan 2-3 tube besar selama hamil. Padahal saya beli ini asal comot aja tadinya di supermarket. Tentunya nggak ada ekspekstasi berlebihan, cuma butuh kulit lembut aja.Meskipun di akhir-akhir saya juga cicip Cetaphil Gentle Cleanser.
Facial wash hydramild ini rasanya enak banget, lembap di muka dan imho busa nya nggak terlalu foamy. Tidak bikin kering sama sekali. Jadi ya, si facial wash ini jadi andalan banget saat di pakai di am dan pm skincare routine saat kulit kering. Saking sukanya, sekarang udah repurchase lagi sih yang versi kecil buat back up kalau kulit kering lagi.
Nah, kalau Mustika Ratu Sabun Mutiara ini saya pakainya kalau kulit jadi agak rewel alias lagi banyak whiteheads dan jerawat kecil. Sabun ini saya tahu dari mama saya, karena ini sabun legend katanya yang ampuh buat menumpas jerawat di muka. Setuju memang kalau klaim menumpas jerawat dan whiteheads, walaupun sayangnya bikin muka cukup ketarik setelahnya. Tapi kalau ada yang lagi jerawatan dan mungkin lagi nggak hamil pun bisa di coba loh sabun ini. Karena ya sebagus itu memang buat mengurangi jerawat.
2. Hydrating Toner
Selesai cumuk (cuci muka), saya lanjut ke tahap selanjutnya yakni hydrating toner. Hydrating toner yang saya gunakan yakni dari Hada Labo Gokujyun Toner. Toner ini punya tekstur seperti air dan tanpa pewarna serta pewangi. Sesuai klaim nya banget, jadi memang ramah dan aman untuk kulit sensitif sekalipun.
Karena kondisi kulit saat hamil memang kering, toner ini bisa bekerja optimal di kulit. Optimal dalam hal melembapkan, dan tekstur kering di wajah saya pun cukup berkurang. Toner ini pun nggak bikin muka minyakan, karena menyerap dengan baik di kulit. Cara pakainya pun hanya di tuang di telapak tangan dan tinggal di tap ke muka, voilla selesai.
Sedikit curhat tadinya saya love-hate relationship sama hydrating toner ini. Awal pemakaian, toner ini sukses bikin jerawat kecil 2 buah. Setelah jerawatan reda, sekitar 2 minggu lebih saya pun memberi kesempatan kedua untuk toner ini. Surprisingly, malah gak apa-apa, dan gak ada jerawat muncul lagi. Akhirnya, ngeh sih kalau saya purging.
Selesai purging, saya jadi suka sama hydrating toner hada labo gokujyun ini. Kulit berasa improving banget karena kelembapanya terjaga. Pori-pori di muka ini, jadi agak langsingan dan wajah jadi nggak gampang berminyak. Harganya pun terjangkau, karena dibawah 50ribu saja.
3. Moisturizer dan Sunscreen
Step yang ini sebenernya udah pada saya review barangnya di blog ini, hehe. Malah untuk sunscreen nya saya memang repurchase 2 tube sejak yang di posting ini habis, hehe. Memang sulit buat saya untuk move on dari sunscreen jepang, khususnya Biore UV Aqua Rich.
Baca juga : Biore UV Aqua Rich
Untuk moisturizer saya cuma cicip 2 brand aja, Adoree Paris dan juga Safii. Lagi-lagi yang Adoree Paris pernah saya review juga diblog, hehe.
Baca juga : Adoree Paris Rice Face Cream
Setelah habis Adoree Paris, barulah saya pindah ke Safii Brightening Day Cream varian Naturally Bright yang Mangoosteen. Seingetku, pakai ini saat masuk ke trimester 2 deh, pokoknya sudah habis sekitar 3 jar. Pelembab ini formulanya enak, ringan, dan cepet menyerap dikulit. Sebenernya ini varian di sasar Safii buat remaja, tapi bumil seperti akutu aja cocok-cocok aja pakai ini. Ingredient nya pun nggak ada yang dilarang, mana ini juga halal jadi lebih aman lagi.
4. Powder dan Lip Product
Setelah skincare-an saya biasanya hanya pakai bedak tabur saja. Bedak tabur yang lebih sering dipakai ya yang dari Revlon ketimbang Ponds BB Powder. Saya nggak terlalu suka sama baunya Ponds BB Powder sih, kayak bau apek gitu. Padahal finishnya lumayan bagus, nggak matte banget.
Revlon Loose Powder yang saya pakai itu shade Creamy Peach. Untuk bedak tabur dari Revlon, saya masih agak so-so. Formulanya ringan, undertone nya peach, finishnya nggak matte banget. Daya tahannya lumayan kalau kulit yang tipe nya kering, kalau di kulit berminyak kurang nampol. IMHO, butirannya agak kurang halus. Jujur, masih belum ingin repurchase dan lagi menjajal ke bedak tabur lainnya sih, hehe.
Segini aja sih, dandanan kalau lagi jadi bumil kemarin, hehe. Untuk lip product saya cuma pakai lip balm yang tinted aja dari Burst Bees. Ini pun saya repurchase di shade yang sama, karena ya saya ngerasa pede-pede aja pakai warna ini. Mungkin baby y nggak suka ibunya terlalu lenongan banget pas hamil, hehe.
Baca juga : Burt's Bees Tinted Lip Balm Hibiscus
5. Physical Exfoliator
Nah, kalau ini optional banget, karena saya nggak pakai ini setiap hari. Physical exfo itu saya hanya pakai 2-3x/minggu saja. Memang sih, banyak yang bilang kalau chemical exfoliant itu lebih baik dari physical tapi balik lagi ke pasal awal, saya mencoba pilih yang lebih safe buat bayi. Produk yang saya gunakan ini ada 2, St. Ives Fresh Skin Apricot Scrub dan juga Zoya Exfoliator Gel. Keduanya saya pakai selang-seling, gimana mood. Hasilnya sendiri sama-sama menghaluskan tekstur kulit
Buat skincare malam, saya nggak pakai apa-apa,cukup cuci muka saja yang bersih. Soalnya saya biasanya mual banget di malam hari, dan gampang banget ngantuk. Jadi bisa dibilang pas hamil jarang begadang. Malam itu beneran dipakai buat pol istirahat, main social media pun jarang karena skip pengen bobo lebih awal.
Nah buibu yang lain tim apa. Tim tetep rajin skincare-an atau malah jadi suka dandan karena kebagian pregnancy glowing? Mungkinkah ada yang kaya saya, yang malas dandan dan skincare. Share juga yuk di kolom komentar ^^.
All right reserved.
Do not copy-paste without allowance
Or any permission from authors.
Or any permission from authors.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Social Icons